Kamis, 23 April 2015

RESUME MATA KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING (KELOMPOK 7)

PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN (ANALISIS/PENGKAJIAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG LEBIH BERORIENTASI PENGEMBANGAN INDIVIDU)

2.1.  Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
2.1.1   Konsep Bimbingan
Shertzer dan Stone (Arif, 2012) megartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya.
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar berkembang secara optimal.
2.1.2. Konsep Pembelajaran dan Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut Oemar (Perdana, 2013) belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Arif (2012) menyatakan bahwa pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Pembelajaran juga merupakan upaya yang dilakukan pendidik agar peserta didik belajar atau membelajarkan diri. Belajar yang dimaksud adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan disini sebagai hasil pembelajaran bersifat positif dan normatif.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah penting untuk diterapkan. Maka, menurut Budiman (Najjah, 2015), pembelajaran berbasis bimbingan seharusnya berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a.    Didasarkan pada Needs assessment (sesuai dengan kebutuhan)
b.    Dikembangkan dalam suasana membantu (helping relationship)
c.    Bersifat memfasilitasi
d.   Berorientasi pada: (1) learning to be (belajar menjadi); (2) learning to learn (belajar untuk belajar); (3) learning to work (belajar untuk bekerja dan berkarir); (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama).
e.    Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal.
Definisi tentang pembelajaran berbasis bimbingan dikemukakan oleh Mariyana (2008, hlm. 2) bahwa pembelajaran berbasis bimbingan merupakan sebuah model pembelajaran yang dirancang berdasarkan pemahaman terhadap bimbingan, dengan memperhatikan pemahaman terhadap anak dan cara belajarnya.
2.2.  Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008, hlm. 2) pembelajaran berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
a.    Diperuntukkan bagi semua siswa.
b.    Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
c.    Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
d.   Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal.
e.    Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
Selain itu, adapula ciri-ciri lain dari model pembelajaran berbasis bimbingan, yaitu:
a.    Diperuntukkan bagi semua peserta didik dalam arti kata merupakan suatu kinerja yang berorientasi sepenuhnya terhadap kebutuhan individual siswa.
b.    Sangat memperhatikan keamanan psikologis siswa baik dalam proses pembelajaran atau di saat prosesi istirahat.
c.    Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
d.   Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
e.    Penuh penghargaan.
f.     Pemberian reward untuk semua prestasi siswa baik itu prestasi yang besar ataupun yang kecil sekalipun.
g.    Menghindari hukuman fisik agar tidak terjadi kecacatan mental dini dalam dunia pendidikan.
h.    Demokratis bahwa di setiap pembelajaran yang berbau bimbingan guru wajib mendengarkan suara siswa terlebih dahulu agar terjadi komunikasi yang baik dan mendapat pemecahan masalah yang mendalam.
i.      Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan siswa secara menyeluruh dan optimal.
j.      Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
2.3.  Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran berbasis bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan sehingga prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a.    Proses membantu individu
b.    Bertitik tolak pada individu yang dibimbing
c.    Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
d.   Pada batas tertentu perlu ada referal
e.    Dimulai dengan identifikasiatas kebutuhan individu
f.     Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel
g.    Sejalan dengan visi dan misi lembaga
h.    Dikelola dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
i.      Ada sistem evaluasi yang digunakan
2.4.  Model-model Pembelajaran yang Berorientasi pada Pengembangan Individu
Menurut Malau (2006, hlm.3) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model-model pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan individu yang dapat dipilih guru antara lain:
2.4.1. Model Pemrosesan Informasi
Model pembelajaran ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Teori pemrosesan informasi atau kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985).
Menurut Rusman (tt, hlm.12) ada Sembilan langkah yang harus diperhatikan guru di kelas yang kaitannya dengan model pembelajaran pemrosesan informasi, yaitu:
a.    Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa.
b.    Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas.
c.    Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran,
d.   Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah ditentukan.
e.    Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
f.     Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran.
g.    Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa.
h.    Melaksanakan penilaian proses dan hasil.
i.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
2.4.2. Model Personal
Model pembelajaran personal adalah model pembelajaran yang bertitik tolak pada teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan individu. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya baik emosional maupun intelektual. Implikasi dari teori humanistik dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
a.    Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan.
b.    Tingkah laku yang ada, dapat dilaksanakan sekarang (learning to do).
c.    Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.
d.   Sebagian besar tingkah laku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri.
e.    Mengajar bukan hal penting, tapi belajar siswa adalah sangat penting (learn how to learn).
f.     Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif dalam lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.
Model pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.    Pembelajaran Non-Direktif,
b.    Latihan kesadaran,
c.    Sinektik,
d.   Sistem konseptual,
2.4.3. Model Interaksi Sosial
Model pembelajaran interaksi sosial ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together).
Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.    Kerja kelompok,
b.    Pertemuan kelas,
c.    Pemecahan masalah sosial atau inquiry social,
d.   Model Laboratorium,
e.    Bermain peranan,
f.     Simulasi solusi,
2.4.4. Model Modifikasi Tingkah Laku
Model pembelajaran modifikasi tingkah laku bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement).
2.4.5. Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya
Model pembelajaran terpadu berbasis budaya yang dikembangkan untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan dikembangkan berdasarkan pengalaman awal budaya siswa. Implementasinya terdiri atas tiga tahap yakni pengondisian, penciptaan makna dna konsolidasi (Alexon dan Sukmadinata, 2010, hlm. 201).
2.4.6. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning menurut Arends (dalam Fatirul, 2008, hlm. 20) adalah:
a.    Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
b.    Menyajikan informasi
c.    Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
d.   Membimbing kelompok bekerja dan belajar
e.    Evaluasi
f.     Memberikan penghargaan
2.4.7. Model pembelajaran kontekstual
Menurut Nurhadi (dalam Riadi, 2013) pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
2.4.8. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Menurut Glazer (dalam Nurfianti, 2011) mengemukakan Problem Based Learning merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.
Tahap-tahap pembelajaran Problem Based Learning menurut Trianto (dalam Nurfianti, 2011) adalah:
a.    Orientasi siswa pada masalah
b.    Mengorganisasi siswa
c.    Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
d.   Mengembangkan dan menyajikan hasil
e.    Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah

Catatan :
Pendidikan Inklusif merupakan penempatan ABK secara penuh di kelas reguler seusianya.
Setiap 1 anak di bimbing oleh 3 guru (untuk ABK), sehingga setiap guru tersebut harus dapet memiliki cara/ strategi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Materi di atas merupakan hasil paparan presentasi dari kelompok 1 yang beranggotakan: Atik Latifah (1200465), Enti Pebriani (1200635), Ghina Farras Ayuningtyas (1200419), Rizky Ayu Aulia (1201707). Departemen Pendidikan Matematika 2012.

Referensi : Makalah Kelompok 7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar