PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN (ANALISIS/PENGKAJIAN
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG LEBIH BERORIENTASI PENGEMBANGAN INDIVIDU)
2.1.
Konsep
Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
2.1.1
Konsep
Bimbingan
Shertzer dan
Stone (Arif, 2012) megartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada
individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya.
Dari definisi
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses berkesinambungan
sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar berkembang secara
optimal.
2.1.2.
Konsep
Pembelajaran dan Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut Oemar
(Perdana, 2013) belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat
pengalaman dan latihan.
Arif (2012)
menyatakan bahwa pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang
mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Pembelajaran juga merupakan
upaya yang dilakukan pendidik agar peserta didik belajar atau membelajarkan
diri. Belajar yang dimaksud adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat
dari pengalaman. Perubahan disini sebagai hasil pembelajaran bersifat positif
dan normatif.
Berdasarkan
pernyataan di atas, maka pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah penting
untuk diterapkan. Maka, menurut Budiman (Najjah, 2015), pembelajaran berbasis
bimbingan seharusnya berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a. Didasarkan
pada Needs assessment (sesuai dengan
kebutuhan)
b. Dikembangkan
dalam suasana membantu (helping
relationship)
c. Bersifat
memfasilitasi
d. Berorientasi
pada: (1) learning to be (belajar
menjadi); (2) learning to learn
(belajar untuk belajar); (3) learning to
work (belajar untuk bekerja dan berkarir); (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama).
e. Tujuan
utama perkembangan potensi secara optimal.
Definisi
tentang pembelajaran berbasis bimbingan dikemukakan oleh Mariyana (2008, hlm.
2) bahwa pembelajaran berbasis bimbingan merupakan sebuah model pembelajaran
yang dirancang berdasarkan pemahaman terhadap bimbingan, dengan memperhatikan
pemahaman terhadap anak dan cara belajarnya.
2.2.
Ciri-ciri
Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut
Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008, hlm. 2) pembelajaran berbasis
bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
a. Diperuntukkan
bagi semua siswa.
b. Memperlakukan
siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
c. Mengakui
siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
d. Terarah
ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal.
e. Disertai
dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat,
potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
Selain itu, adapula
ciri-ciri lain dari model pembelajaran berbasis bimbingan, yaitu:
a. Diperuntukkan
bagi semua peserta didik dalam arti kata merupakan suatu kinerja yang
berorientasi sepenuhnya terhadap kebutuhan individual siswa.
b. Sangat
memperhatikan keamanan psikologis siswa baik dalam proses pembelajaran atau di
saat prosesi istirahat.
c. Memperlakukan
siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
d. Mengakui
siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
e. Penuh
penghargaan.
f. Pemberian
reward untuk semua prestasi siswa
baik itu prestasi yang besar ataupun yang kecil sekalipun.
g. Menghindari
hukuman fisik agar tidak terjadi kecacatan mental dini dalam dunia pendidikan.
h. Demokratis
bahwa di setiap pembelajaran yang berbau bimbingan guru wajib mendengarkan
suara siswa terlebih dahulu agar terjadi komunikasi yang baik dan mendapat
pemecahan masalah yang mendalam.
i. Terarah
ke pengembangan segenap aspek perkembangan siswa secara menyeluruh dan optimal.
j. Disertai
dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai
minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang
dianut.
2.3.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran berbasis
bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip
bimbingan sehingga prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak
terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a. Proses
membantu individu
b. Bertitik
tolak pada individu yang dibimbing
c. Didasarkan
pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
d. Pada
batas tertentu perlu ada referal
e. Dimulai
dengan identifikasiatas kebutuhan individu
f. Diselenggarakan
secara luwes dan fleksibel
g. Sejalan
dengan visi dan misi lembaga
h. Dikelola
dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
i. Ada
sistem evaluasi yang digunakan
2.4.
Model-model
Pembelajaran yang Berorientasi pada Pengembangan Individu
Menurut Malau (2006,
hlm.3) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran.
Model-model
pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan individu yang dapat dipilih
guru antara lain:
2.4.1.
Model
Pemrosesan Informasi
Model
pembelajaran ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi
pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Teori pemrosesan informasi atau kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985).
Menurut Rusman
(tt, hlm.12) ada Sembilan langkah yang harus diperhatikan guru di kelas yang
kaitannya dengan model pembelajaran pemrosesan informasi, yaitu:
a. Melakukan
tindakan untuk menarik perhatian siswa.
b. Memberikan
informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas.
c. Merangsang
siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran,
d. Menyampaikan
isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah ditentukan.
e. Memberikan
bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
f. Memberikan
penguatan pada perilaku pembelajaran.
g. Memberikan
feedback terhadap perilaku yang
ditunjukkan siswa.
h. Melaksanakan
penilaian proses dan hasil.
i. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
2.4.2.
Model
Personal
Model
pembelajaran personal adalah model pembelajaran yang bertitik tolak pada teori
Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan individu. Menurut teori
ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa
merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya baik emosional maupun
intelektual. Implikasi dari teori humanistik dalam pendidikan adalah sebagai
berikut:
a.
Bertingkah
laku dan belajar adalah hasil pengamatan.
b.
Tingkah
laku yang ada, dapat dilaksanakan sekarang (learning
to do).
c.
Semua
individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.
d.
Sebagian
besar tingkah laku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri.
e.
Mengajar
bukan hal penting, tapi belajar siswa adalah sangat penting (learn how to learn).
f.
Mengajar
adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif
dalam lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.
Model
pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.
Pembelajaran
Non-Direktif,
b.
Latihan
kesadaran,
c.
Sinektik,
d.
Sistem
konseptual,
2.4.3. Model
Interaksi Sosial
Model
pembelajaran interaksi sosial ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model ini menitikberatkan
hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together).
Model
interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.
Kerja
kelompok,
b.
Pertemuan
kelas,
c.
Pemecahan
masalah sosial atau inquiry social,
d.
Model
Laboratorium,
e.
Bermain
peranan,
f.
Simulasi
solusi,
2.4.4. Model
Modifikasi Tingkah Laku
Model
pembelajaran modifikasi tingkah laku bertitik tolak dari teori belajar
behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk
mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara
memanipulasi penguatan (reinforcement).
2.4.5. Model
Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya
Model
pembelajaran terpadu berbasis budaya yang dikembangkan untuk meningkatkan
apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan dikembangkan berdasarkan pengalaman
awal budaya siswa. Implementasinya terdiri atas tiga tahap yakni pengondisian,
penciptaan makna dna konsolidasi (Alexon dan Sukmadinata, 2010, hlm. 201).
2.4.6. Model
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning)
Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus
saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Langkah-langkah
pembelajaran Cooperative Learning menurut Arends (dalam Fatirul, 2008, hlm. 20)
adalah:
a.
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
b.
Menyajikan
informasi
c.
Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
d.
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
e.
Evaluasi
f.
Memberikan
penghargaan
2.4.7.
Model
pembelajaran kontekstual
Menurut Nurhadi
(dalam Riadi, 2013) pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar
dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
2.4.8.
Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning)
Menurut Glazer
(dalam Nurfianti, 2011) mengemukakan Problem
Based Learning merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara
aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.
Tahap-tahap
pembelajaran Problem Based Learning
menurut Trianto (dalam Nurfianti, 2011) adalah:
a. Orientasi
siswa pada masalah
b. Mengorganisasi
siswa
c. Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok
d. Mengembangkan
dan menyajikan hasil
e. Menganalisis
dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
Catatan :
Pendidikan Inklusif
merupakan penempatan ABK secara penuh di kelas reguler seusianya.
Setiap 1 anak di
bimbing oleh 3 guru (untuk ABK), sehingga setiap guru tersebut harus dapet
memiliki cara/ strategi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak tersebut sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.
Materi di atas merupakan hasil paparan presentasi dari
kelompok 1 yang beranggotakan: Atik
Latifah (1200465), Enti Pebriani (1200635), Ghina Farras Ayuningtyas (1200419),
Rizky Ayu Aulia (1201707). Departemen Pendidikan Matematika 2012.
Referensi : Makalah Kelompok 7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar