Sabtu, 28 Februari 2015

RESUME MATA KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING (Kelompok 1)

MAKNA DAN POSISI SERTA URGENSI  BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PRAKTEK PENDIDIKAN

A.    Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan “counseling” . Istilah “guidance” mengandung arti 1) mengarahkan (to direct), 2) memandu (to pilot), 3) mengelola (to manage), dan 4) menyetir (to steer).
Shertzer dan Stone (1971:40) mengartikan bimbingan sebagai “… process of helping an individual to understand himself and his world (proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya)”.
Winkel (2005:34) mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Dengan demikian, konseling adalah proses interaksi antara konselor dan koseli/klien dengan tujuan agar konseli dapat mengambil tanggung jawabnya atas permasalahan yang sedang dihadapi dengan cara mengubah sikap dan tingkah laku konselor

B.     Kondisi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Jika kita merujuk ke negara yang pendidikannya maju, seperti Amerika Serikat, Singapura, bahkan Malaysia, peran guru BK sangat diperhatikan. Sedangkan di Indonesia isu tentang BK menjadi isu yang belum terlalu menjadi sorotan, kalaupun ada, namun bukanlah menjadi sorotan nasional tetapi hanya sekedar sorotan lingkup daerah saja.
Paradigma terkait bimbingan dan konseling di sekolah antara lain : (1) Sekolah yang sadar betul akan pentingnya eksistensi bimbingan konseling, kemudian menata sistem penyelenggaraan BK menjadi salah satu elemen penting sekolah. (2) Sekolah yang sadar akan kedudukan BK dalam pembentukan pribadi peserta didik, tetapi tidak didukung oleh materi, tenaga dan yayasan atau pemerintah. (3) Guru BK masih dianggap sebagai polisi sekolah, hanya menangani orang yang bermasalah dan ironisnya guru BK bukan berasal dari lulusan BK. (4) Sekolah yang belum memiliki manajemen BK bisa jadi dikarenakan kurangnya informasi, tidak memerlukan, atau kurangnya finansial.

C.    Landasan Psikologis Bimbingan dan Konseling
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang:
1.      Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku.
2.      Konflik dan Frustasi
Individu yang berada dalam keadaan konflik psikis, yaitu berada di suatu pertentangan batin, suatu kebimbangan, suatu keragu-raguan untuk memutuskan motif mana yang akan diambil.
Menurut Syamsu Yusuf, frustasi dapat diartikan sebagai kekecewaan dalam diri individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya keinginan.
3.      Sikap
Thurstone (Yusuf, 2009: 169) berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupunnegatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, seperti: simbul, prase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan.
4.      Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu.
5.      Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial.
6.      Masalah Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental
Untuk dapat memenuhi kebutuhan, individu harus dapat menyesuaikan antar kebutuhan yang ada dalam lingkungannya, proses ini disebut sebagai proses penyesuaian diri. Jika individu berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, hal itu disebut”well adjusted” atau penyesuaian dengan baik. Dan sebaliknya jika individu gagal dalam proses penyesuaian diri tersebut disebut “maladjusted” atau salah suai.
7.      Masalah Belajar
Dalam kegiatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun pengajar. Bagi siswa sendiri, masalah-masalah belajar yang mungkin timbul misalnya pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar, mempergunakan buku-buku pelajaran, memilih mata pelajaran yang cocok dan sebagainya.
8.      Kepribadian
Di dalam kepribadian terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya :
a.       Kecerdasan
Terdapat kecerdasan majemuk, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual sebagai gambaran dari seorang individu tersebut.
Bagaimana mereka dalam bersikap, mengendalikan diri, mengatasi sebuah masalah, dan lain sebagainya.
b.      Kreativitas
Kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu produk yang baru, atau kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan yang baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
c.       Stres
Stres meruapakan fenomena psikofisik yang dapat dialami oleh setiap orang.
Stres pada umumnya berdampak negatif pada individu, seperti marah, menghilangkan rasa percaya diri, bahkan depresi. Namun stres juga berdampak positif dengan dapat mendorong individu untuk melakukan sesuatu.

D.    Landasan Sosiologis (Sosial-Budaya)  Bimbingan dan Konseling
Faktor-faktor sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan akan bimbingan menurut John J. Pietrofesa dkk.,(1980); M. Surya & Rochman N.,(1986); dan Rochman N., (1987) adalah sebagai berikut;
1.      Perubahan Konstelasi Keluarga
2.      Perkembangan Pendidikan
3.      Dunia Kerja
4.      Perkembangan Kota Metropolitan
5.      Perkembangan Komunikasi
6.      Seksisme dan Rasisme
7.      Kesehatan Mental
8.      Perkembangan Teknologi
9.      Kondisi Moral dan Keagamaan
10.  Kondisi sosial Ekonomi


E.     Landasan Pedagogis Bimbingan dan Konseling
Sunaryo Kartdinata (2011: 23) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah upaya pedagogis yang menjadi fasilitas perkembangan individu dimulai dari kondisi apa adanya hingga kondisi di mana individu tahu apa yang harus dilakukannya sesuai potensi yang dimilikinya, upaya ini disebut upaya normatif.
Tohirin (2007: 103) mengatakan bahwa landasan bimbingan dan konseling setidaknya berkaitan dengan:
1.      Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan,
2.      Pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling, dan
3.      Pendidikan sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling.


F.     Landasan Agama Bimbingan dan Konseling
Landasan ini berkaitan dengan pengintegrasian nilai-nilai agama dalam proses bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, konselor perlu memiliki pemahaman tentang hakikat manusia dari segi agama serta peran agama dalam kehidupan manusia

G.    Landasan Perkembangan IPTEK Bimbingan dan Konseling
1.      Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Tohrin (2007: 101) menyatakan bahwa kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan atas dasar keilmuan baik menyangkut teori, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangannya. Pengetahuan Bimbingan konseling tersusun rapi dan sistematis. Dengan demikian, praktik bimbingan dan konseling yang terjadi di masyarakat harus dilaksanakan atas dasar keilmuan
2.      Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
ilmu bimbingan dan konseling ialah disiplin ilmu yang merujuk pada ilmu-ilmu lain, seperti psikologi, filsafat, sosiologi, dan sebagainya. Tak hanya itu, pelaksanaannya juga merujuk pada ilmu-ilmu lainnya. Sebagai contoh, dukungan perangkat teknologi berfungsi sebagai alat untuk memperjelas materi bimbingan dan konseling. Jadi, bimbingan dan konseling pada tataran teori dan praktik bersifat dinamis, yaitu berkembang melalui perkembangan IPTEK.
3.      Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian
Teori bimbingan dan konseling bisa saja dikembangkan dari penelitian guna menemukan pembuktian tentang keefektifan di lapangan. Hal ini bisa memajukan layanan bimbingan dan konseling jika dilakukan penelitian secara kontinu terhadap aspek tentang bimbingan dan konseling.


H.    Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling
Berawal dari vocational bureau tahun 1908  yang menekankan bahwa sesungguhnya setiap orang butuh pertolongan untuk mengenal dan menghadapi kelemahan yang ada pada dirinya agar dapat menggunakan intelejensinya dalam membuat sebuah keputusan, tempat kerja mana yang baik untuk mereka. Pada waktu yang hampir bersamaa, Jasse B. Davis, konselor di Detroit, memberi layanan konseling di SMA dan pada tahun 1907 membuat program bimbingan ke dalam pengalaman pendidikan siswa di Detroit.
Jika dilihat dari perkembangannya, Bimbingan Konseling mula-mulanya hanya dikenal sebatas pada bimbingan pekerjaan (Vocational Guidance), sebagaimana peran dari Biro yang didirikan Frank Parson di Boston. Namun sebenarnya tidak hanya itu, di sisi lain perkembangan Bimbingan Konseling pun merambah kebidang pendidikan (Education Guidance) yang dirintis oleh Jasse B. Davis. dan sekarang dikenal pula adanya bimbingan dalam segi kepribadian (Personal Guidance).


I.       Perkembangan Bimbingan Konseling Di Indonesia
Pelayanan Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir di dalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.

Catatan :
Perbedaan Koselor dengan Guru BK (khususnya di Indonesia). Konselor harus berasal dari pendidikan murni BK dan harus menempuh pendidikan khusus konselor untuk mendapatkan predikat sebagai konselor. Guru BK tidak harus berasal dari pendidikan murni BK dan tidak harus menempuh pendidikan khusus konselor.

Materi di atas merupakan hasil paparan presentasi dari kelompok 1 yang beranggotakan : Dessy Melinda (1200361), Jeffa Lianto V.B. (1204833), Ngadiyono (1204829), Yuyun Desfrita Azura (1205562) Jurusan Pendidikan Matematika UPI

Referensi (makalah kelompok 1)
Kartadinata, Sunaryo. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Pedagogis. Bandung: UPI Press
Sukardi, Dewa Ketut Drs. MBA. MM. dan Desak P.E. Nila Kusmwati, S.Si, M.Si. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Syamsu, Yusuf Dr., L.N. dan Dr. A. Juntika Nurihsan. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda
Tohirin, Drs. M. Pd. (2007). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/11/kedudukan-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah-90963.html (diakses tanggal 23 Februari 2015)