Rabu, 30 Desember 2015
Minggu, 13 Desember 2015
Kronologi "π"
Nilai π sangat sering digunakan dalam menyelesaikan masalah matematika, terutama untuk pelajar/ mahasiswa ketika sedang mempelajari konsep lingkaran. Ya! π sangat erat kaitannya dengan lingkaran.
Kini mari kita ulas kronologi nilai π agar kita lebih mengenalnya…
Erat kaitannya antara masalah kwadratur dan penghitungan dari π, yaitu perbandingan dari keliling sebuah lingkaran dengan diameternya. Kita telah mengetahui bahwa pada Timur Kuno nilai π adalah 3,..., dan untuk kwadratur Mesir pada sebuah lingkaran yang diberikan pada lembaran Rhind adalah π = (4/3)4 = 3,1604.... Upaya Ilmiah pertama yang dilakukan untuk menghitung π dilakukan oleh Archimedes dan kita akan memulai kronologi ini dengan prestasinya.
Kira-kira pada 240 SM. Untuk menyederhanakan masalah ini, kita memilih sebuah lingkaran dengan diameter satu. Sekarang panjang dari keliling lingkaran berada diantara garis keliling dan beberapa poligon yang didalam lingkaran atau poligon yang diluar lingkaran. Karena merupakan suatu hal yang mudah untuk menghitung garis keliling pada poligon yang beradadidalam lingkaran dan poligon yang beradadiluar lingkaran dengan banyaknya enam sisi, kita dapat dengan mudah untuk memperoleh batas untuk π. Sekarang ada rumus yang menjelaskan bahwa dari garis keliling yang diberikan pada poligon didalam lingkaran dan diluar lingkaran, kita dapat memperoleh garis keliling dari poligon didalam lingkaran secara umum dan poligon diluar lingkaran yang mempunyai 2 kali jumlah sisi nya.
Dengan aplikasi yang berturut-turut pada proses ini, dimulai dengan poligon didalam lingkaranbiasa dan poligon enam sisi, kita dapat menghitung garis keliling dari poligon biasa dan poligon diluar lingkarandengan sisi 12, 24, 48, 96 sisi, dengan cara ini akan semakin dekat mendapatkan nilai π. Hal ini yang dilakukan oleh Archimedes yang pada akhirnya memperoleh bahwa π diantara 223/7 dan 22/7, atau tidak sampai ke tempat dua desimal, sehingga π= 3,14. Karya ini ditemukan oleh Archimedes yaitu ‘ukuran dari lingkaran’, mrupakan sebuah risalah yang hanya terdiri dari 3 dalil. Risalah ini datang kepada kita tidak hanya dengan bentuk murni dan mungkin hanya bagian sebuah hal yang besar yang harusdidiskusikan. Satu kesimpulan yang mutlak adalah pandangan bahwa sistem bilangan yang rendah pada waktu itu, apakah berarti Archimedes sangat terampil komputer. Pekerjaannya ditemukan perkiraan yang luar biasa masuk akal ke akar kuadrat irrasional.
Metode untuk menghitung π dengan menggunakan poligon ini dikenal sebagai ‘metode klasik’ menghitung π.
Kira-kira pada tahun 150 Masehi. Catatan penting pertama untuk π setelah archimedes, diberikan oleh Claudius Ptolemy dari Alexandria dengan penemuan terkenalnya ‘Sintaxis Matematika’ (lebih dikenal oleh orang Arab dengan sebutan ‘Almagest’), karya terbesar Yunani Kuno pada bidang astronomi. Pada karya nya π diberikan, pada notasi basis 60 yaitu 3 8’ 30’’, dimana adalah 377/120 atau 3,1416. Niscaya nilai ini diturunkan dari tabel tali busur, dimana muncul pada risalah. Pada tabel diberikan panjang dari tali busur sebuah lingkaran yang terisi oleh sudut pusat dan masing-masing derajatnya dan setengah derajatnya. Jika panjang tali busur dari sudut pusat 1o adalah dikalikan dengan 360 dan hasilnya dibagi oleh panjang dari diameter lingkaran, sehingga nilai untuk π diperoleh.
Kira-kira pada tahun 480.Awal China bekerja pada mekanik, Tsu Ch’ung-chih memberikan perkiraan yang rasional 355/113 = 3,1415929..., dimana benar untuk enam tempat desimal.
Kira-kira pada tahun 530. Awal matematikawan Hindu Aryhabrata memberikan 62.832/20.000=3,1416 adalah perkiraan awal untuk nilai π. Hal ini tidak diketahui bagaimana hasilnya diperoleh. Mungkin berasal dari beberapa sumber yunani sebelumnya atau mungkin dari penghitungan garis keliling dari poligon didalam lingkaranbiasa dengan 384 sisi.
Kira-kira pada tahun 1150. Matematikawan Hindu selanjutnya, Bhaskara memberikan beberapa perkiraan untuk π . Dia memberikan 3927/1250 adalah sebuah nilai yang akurat, 22/7 adalah nilai yang tidak akurat dan √10 sebagai dasar pekerjaannya. Nilai pertama ini mungkin diperoleh dari Aryhabrata. Nilai yang lainnya, 754/240 = 3,1416 diberikan oleh Bhaskara dengan asal yang tak tentu. Hal ini sama dengan yang diberikan oleh Ptolemy.
Pada tahun 1579. Matematikawan Francis ulung, Francois Viete menemukan π sampai 9 tempat desimal yang benar dengan menggunakan metode klasik, menggunakan poligon yang mempunyai 6(2)16 = 393.216 sisi. Dia juga menemukan hasil yang setara dan menarik serta tak diluar lingkaran.
2/π=√2/2 √((2+√2) )/2 √((2+(√(2+ √2) )) )/2…
Pada tahun 1585. Adrian Anthoniszoon menemukan kembali perbandingan China Kuno 355/113wa. Rupanya sebuah kejadian yang beruntung karena dia menunjukan bahwa 377/120 >π> 333/106. Dia kemudian menyusun pembilang dan penyebut untuk memperoleh nilai π yang tepat. Terdapat bukti bahwa Valentine Otho, seorang murid pertama dari pembuat tabel Rhaeticus, yang telah memperkenalkan perbandingan π ke dunia barat pada beberapa saat sebelum tahun 1573.
Pada tahun 1593. Adrien van Roomen secara umum hampir sama dengan Adrianus Romanus dari Belanda menemukan π dengan 15 tempat desimal yang benar menggunakan metode klasik dengan poligon yang memiliki 230 sisi.
Pada tahun 1610. Ludolph van Ceulen dari Jerman menghitung π sampat 35 tempat desimal yang benar menggunakan metode klasik dengan poligon 262 sisi. Dia menghabiskan sebagian besar hidupnya pada pekerjaan ini dan prestasinya dianggap terlalu luar biasa sehingga bilangan nya dituliskan pada batu nisannya dan sampai hari ini di Jerman seringkali dikenal sebagai ‘Bilangan Ludolphin’
Pada tahun 1621. Fisikawan Belanda Willebord Snell, dikenal yang terbaik untuk penemuannya dari hukum pembiasan dan menemukan sebuah perbaikan trigonemetri dari metode klasik untuk menghitung π sehingga dari setiap pasang batas π yang diberikan dengan metode klasik, dia akan mendapatkan nilai yang jauh lebih dekat pada batasnya. Dengan metode nya, dia mendapatkan 35 bilangan desimal van Ceulen dengan menggunakan poligon yang hanya mempunyai 230 sisi. Dengan metode klasik dan poligon yang serupa hanya memperoleh 15 desimal. Untuk poligon dengan 96 sisi, metode klasik mengahsilkan 2 buah bilangan desimal sedangkan Snell memberikan 7 tempat yang benar. Perbaikan pembuktian yang benar dari Snell dan dilengkapi pada tahun 1654 oleh matematikawan dan fisikawan Belanda Christiaan Huygens.
Pada tahun 1630 Grienberger menggunakan perbaikan Snell untuk menghitung π sampai 39 tempat desimal. Hal ini adalah upaya terakhir yang dilakukan untuk menghitung π dengan menggunakan metode garis keliling.
Pada tahun 1650. Matematikawan Inggris John Wallis memperoleh pernyataan ingin tahu nya
π/2= (2 .2 .4 .4 .6 .6 .8….)/(1 .3 .3 .5 .5 .7 .7….)
Lord Buencker, presiden pertama dari masyarakat kerajaan, mengkonversi hasil Walli ke pembagian lanjutan
4/π=1 + 1^2/(2+ 3^2/(2+ 5^2/(2+⋯)))
Tidak ada yang meneruskan pernyataan ini, bagaimanapun memerlukan penghitungan yang luas dari π
Pada tahun 1671. Matematikawan Skotlandia James Gregory mempeoleh barisan tidak diluar lingkaran
Arctan x = x – x3/3 + x5/5 – x7/7 + .... , (-1 ≤ x ≤ 1)
Tidak dituliskan oleh Gregory fakta bahwa untuk x = 1 barisan menjadi
π/4 = 1 – 1/3 + 1/5 – 1/7 + ....
Sangat lama memusatkan barisan yang telah dikenal, sampai Leibniz tahun 1674. Gregory berusaha untuk membukikan bahwa solusi Euclid pada masalah kwadratur adalah tidak mungkin.
Pada tahun 1699. Abraham sharp menemukan 71 tempat desimal yang benar dengan menggunakan barisan Gregory dengan x = √(1/3) .
Pada tahun 1706, John Machin memeproleh 100 tempat desimal dengan menggunakan barisan Gregory dalam menghubungkan dengan relasi
π / 4 = 4 arctan (1/5) – arctan (1/239).
Pada tahun 1719 Matematikawan Perancis De Lagny memperoleh 112 tempat desimal yang benar menggunakan barisan Gregory dengan x = √(1/3).
Pada tahun 1737. Symbol π telah digunakan oleh matematikawan Inggris William Oughtred, Issac Barrow, dan David Gregory untuk menunjukkan keliling lingkaran atau keliling dari sebuah lingkaran. Pertama menggunakan simbol untuk perbandingan dari keliling lingkaran terhadap kelilingnya oleh penulis Inggris, William Jones, dalam publikasinya pada tahun 1706. Simbol nya secara umum tidak digunakan dalam pengertian ini, bagaimanapun sampai Euler mengadopsinya pada tahun 1737.
Pada tahun 1754. Jean Etienne Montucla seorang sejarawan matematika Perancis, menulis sebuah sejarah tentang masalah kwadratur.
Pada tahun 1760. Comte de Buffon, yang membuatnya terkenal adalam ‘masalah jarum’ dimana π mungkin ditentukan oleh metode peluang. Misalkan sebuah bilangan pada garis sejajar, jaraknya a , yang menguasai pada bidang horisontal, dan misalkan sebuah batang seragam yang homogen dengan panjangnya l < a dijatuhkan secara acak ke bidang. Buffon menunjukkan bahwa kemungkinan bahwa batang akan jatuh menyilang satu dari garis pada bidang dinyatakan dengan rumus p = 2l / πa
Dengan benar-benar melakukan penelitian ini sebuah bilangan yang besar beberapa kali dan mencatat bahwa kasus dengan jumlah yang sukses, sehingga memperoleh nilai yang empirik untuk p. Kita mungkin menggunakan rumus untuk menghitung π. Hasil terbaik dengan cara ini diberikan oleh orang Itali, Lazzerini pada 1901. Dari hanya 3408 lemparan batang dia menemukan π sampai dengan 6 tempat desimal yang benar. Hasilnya lebih baik daripada memperoleh dengan percobaan yang lain yang kadang-kadang hanya dianggap perkiraan. Terdapat metode kemungkinan untuk menghitung π. Jadi pada tahun 1904, R chartes melaporkan sebuah aplikasi dari fakta yang dikenal bahwa jika dua bilangan bulat positif ditulis turun secara acak, kemungkinannya bahwa mereka akan relative prime dengan 6/π2.
Pada tahun 1767, Johann Heinrich Lambert menunjukkan bahwa π adalah bilangan irrasional.
Pada tahun 1794, Adrien-Marie Legendre menunjukkan bahwa π2 adalah bilangan irrasional.
Pada tahun 1841, William Rutherford dari Inggris menghitung π sampai desimal ke 208, yang mana 152 nya benar oleh barisan Gregory dengan rumus berikut :
π/4=4 arctan〖(1/5)-〗 arctan〖(1/70)+ 〗 arctan(1/99)
Pada tahun 1844, si penghitung cepat Zacharias Dase menemukan nilai π yang benar sampai 200 desimal menggunakan barisan Gregory dengan rumus berikut :
π/4=arctan〖(1/2)+〗 arctan〖(1/5)+ 〗 arctan(1/8)
Dase, yang lahir di Hamburg pada tahun 1824, meningal ketika baru berusia 37 tahun. Dia mungkin adalah seorang penghitung cepat yang luarbiasa yang pernah hidup. Diantara kehebatannya adalah sebagai berikut, perhitungan antara dua bilangan yang memiliki 8 digit dalam waktu 54 detik, perhitungan antara dua bilangan yang memiliki 20 digit dalam waktu 6 menit. perhitungan antara dua bilangan yang memiliki 40 digit dalam waktu 40 menit dan perhitungan antara dua bilangan yang memiliki 100 digit dalam waktu 8 jam 45 menit. Dia juga menghitung akar kuadrat dari 100 digit bilangan dalam waktu 52 menit. Dase menggunakan kekuatannya lebih berfaedah ketika dia mengkonstruksi tabel tujuh tempat bilangan logaritma natural dan tabel faktor semua bilangan antara 7.000.000 dan 10.000.000.
Pada tahun 1853, Rutherford kembali menemukan 400 tempat desimal yang benar untuk nilai π.
Pada tahun 1873, Willian Shanks dari Inggris, denagn menggunakan rumus Machin, menghitung π sampai 707 tempat desimal. Dalam waktu yang lama, peninggalan ini merupakan penghitungan yang menakjubkan yang pernah ada. Ini menyibukkan Shank dalam kurun waktu lebih dari 15 tahun.
Pada tahun 1873, sebuah bilangan disebut aljabar jika akar dari beberapa suku banyaknya memiliki koefisien rasional, sebaliknya disebut bilangan transenden. F. Lindemann menunjukkan bahwa π adalah bilangan transenden. Fakta ini membuktikan bahwa masalah kuadratur tidak dapat dipecahkan oleh perangkat Euclid.
Pada tahun 1906, di antara keingintahuan untuk menghubungkan nilai π adalah beragam mnemonic yang sudah ditemukan untuk tujuan mengingat nilai π dalam digit desimal yang besar. Berikut ini, oleh AC Orr, muncul di sastra Digest. Sesuatu yang hanya untuk mengganti setiap kata dengan jumlah huruf mengandung untuk mendapatkan π tepat untuk 30 tempat desimal.
sekarang aku, bahkan aku, akan merayakan
dalam sajak tidak layak, agungnya Syracusan abadi, tak akan disaingi,
yang dalam pengetahuan menakjubkan nya,
berlalu di depan,
meninggalkan orang pimpinannya,
bagaimana mengukur lingkaran
Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1914, mnemonic serupa berikut muncul di american ilmiah, “lihat, saya punya sajak membantu otak lemah saya, sering kali terjadi penolakan”.
Pada tahun 1948, D. F. Ferguson dari Inggris menemukan kesalahan, dimulai pada tempat desimal ke 528, pada nilai π oleh Shank dan pada bulan Januari 1947, memberikan koreksi nilai untuk 710 tempat desimal. Di bulan yang sama J. W. Wrench, Jr., dari Amerika, mempublikasikan 808 tempat untuk nilai π, tapi Ferguson menemukan kesalahan pada tempat ke 723. Di blan Januari 1948, Ferguson dan Wrench bekerja sama mempublikasikan pengecekan dan pengkoreksian nilai π sampai 808 tempat desimal. Wrench menggunakan rumus Machin, sedangkan Ferguson menggunakan rumus :
π/4=〖3 arctan〗〖(1/4)+〗 arctan〖(1/20)+ 〗 arctan(1/1985)
Pada tahun 1949, ENIAC, sebuah komputer elektonik di Laboratorium Pengembangan Ballistik Angkatan Darat di Aberdeen, Maryland, menghitung nilai π samapi 2037 tempat desimal.
Pada tahun 1959, Francois Genuys di Paris, menghitung nilai π sampai 16.167 tempat desimal dengan menggunakan IBM 704.
Pada tahun 1961, Wrench dan Daniel Shanks dari Washington D.C., menghitung nilai π sampai 100.265 tempat desimal dengan menggunakan IBM 7090.
Kita tidak ditempatkan di atas, kronologis segala haldari π dari sastra yang banyak disediakan oleh penderita cyclometricus morbus, atas penyakit lingkaran persegi. Kontribusi ini, sering menggelikan dan hampir tidak dapat dipercaya, membutuhkan sebuah publikasi ke mereka sendiri. Untuk menggambarkan tujuan mereka dengan mempertimbangkan contoh, pada tahun 1892, ketika seorang penulis Tribun New York mengumumkan penemuan kembali hilangnya rahasia panjang yang menyebabkan 3,2 sebagai nilai yang tepat untuk π. Penghidupan kembali diskusi hal tersebut memenangkan banyak sokongan untuk nilai yang baru. Lagi, sejak pengumuman pada tahun 1934, banyak perguruan tinggi besar dan perpustakaan umum di seluruh Amerika Serikat menerima, dari penulis yang baik hati, salinan gratis dari sebuah buku tebal dikhususkan untuk demonstrasi nilai π= 313/81. Lalu pada tahun 1897. ada Rancangan Undang-undang (RUU) No. 246 di wilayah negara bagian Indiana yang mana mencoba untuk memutuskan nilai π. Pada bab 1 dari RUU tersebut dituliskan : “dibuat oleh Majelis Umum Negar bagian Indiana, telah ditemukan bahwa daerah lingkaran adalah kuadrat di garis sama ke kuadran keliling, sebagai daerah dari suatu persegi panjang sama sisi adalah persegi di satu sisi...” RUU disahkan oleh DPR, akan tetapi karena beberapa ejekan koran, maka RUU tersebut disimpan oleh Senat, meskipun dukungan yang sangat besar dari Kepala Negara Instruksi Umum.
Daftar Pustaka
http://aanhendroanto.blogspot.co.id/2012/06/sejarah-bilangan-phi-kronologi-phi.html https://novihartini.wordpress.com/2011/01/21/pi/#more-110
http://fun-match.blogspot.co.id/2013/10/rumus-abal-abal.html http://thestoryofmathematics.blogspot.com/2011_06_01_archive.html https://id.wikipedia.org/wiki/Pi
Senin, 30 November 2015
Kamis, 23 April 2015
RESUME MATA KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING (KELOMPOK 7)
PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN (ANALISIS/PENGKAJIAN
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG LEBIH BERORIENTASI PENGEMBANGAN INDIVIDU)
2.1.
Konsep
Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
2.1.1
Konsep
Bimbingan
Shertzer dan
Stone (Arif, 2012) megartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada
individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya.
Dari definisi
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses berkesinambungan
sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar berkembang secara
optimal.
2.1.2.
Konsep
Pembelajaran dan Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut Oemar
(Perdana, 2013) belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat
pengalaman dan latihan.
Arif (2012)
menyatakan bahwa pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang
mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Pembelajaran juga merupakan
upaya yang dilakukan pendidik agar peserta didik belajar atau membelajarkan
diri. Belajar yang dimaksud adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat
dari pengalaman. Perubahan disini sebagai hasil pembelajaran bersifat positif
dan normatif.
Berdasarkan
pernyataan di atas, maka pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah penting
untuk diterapkan. Maka, menurut Budiman (Najjah, 2015), pembelajaran berbasis
bimbingan seharusnya berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a. Didasarkan
pada Needs assessment (sesuai dengan
kebutuhan)
b. Dikembangkan
dalam suasana membantu (helping
relationship)
c. Bersifat
memfasilitasi
d. Berorientasi
pada: (1) learning to be (belajar
menjadi); (2) learning to learn
(belajar untuk belajar); (3) learning to
work (belajar untuk bekerja dan berkarir); (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama).
e. Tujuan
utama perkembangan potensi secara optimal.
Definisi
tentang pembelajaran berbasis bimbingan dikemukakan oleh Mariyana (2008, hlm.
2) bahwa pembelajaran berbasis bimbingan merupakan sebuah model pembelajaran
yang dirancang berdasarkan pemahaman terhadap bimbingan, dengan memperhatikan
pemahaman terhadap anak dan cara belajarnya.
2.2.
Ciri-ciri
Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut
Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008, hlm. 2) pembelajaran berbasis
bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
a. Diperuntukkan
bagi semua siswa.
b. Memperlakukan
siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
c. Mengakui
siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
d. Terarah
ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal.
e. Disertai
dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat,
potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
Selain itu, adapula
ciri-ciri lain dari model pembelajaran berbasis bimbingan, yaitu:
a. Diperuntukkan
bagi semua peserta didik dalam arti kata merupakan suatu kinerja yang
berorientasi sepenuhnya terhadap kebutuhan individual siswa.
b. Sangat
memperhatikan keamanan psikologis siswa baik dalam proses pembelajaran atau di
saat prosesi istirahat.
c. Memperlakukan
siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
d. Mengakui
siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
e. Penuh
penghargaan.
f. Pemberian
reward untuk semua prestasi siswa
baik itu prestasi yang besar ataupun yang kecil sekalipun.
g. Menghindari
hukuman fisik agar tidak terjadi kecacatan mental dini dalam dunia pendidikan.
h. Demokratis
bahwa di setiap pembelajaran yang berbau bimbingan guru wajib mendengarkan
suara siswa terlebih dahulu agar terjadi komunikasi yang baik dan mendapat
pemecahan masalah yang mendalam.
i. Terarah
ke pengembangan segenap aspek perkembangan siswa secara menyeluruh dan optimal.
j. Disertai
dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai
minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang
dianut.
2.3.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran berbasis
bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip
bimbingan sehingga prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak
terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a. Proses
membantu individu
b. Bertitik
tolak pada individu yang dibimbing
c. Didasarkan
pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
d. Pada
batas tertentu perlu ada referal
e. Dimulai
dengan identifikasiatas kebutuhan individu
f. Diselenggarakan
secara luwes dan fleksibel
g. Sejalan
dengan visi dan misi lembaga
h. Dikelola
dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
i. Ada
sistem evaluasi yang digunakan
2.4.
Model-model
Pembelajaran yang Berorientasi pada Pengembangan Individu
Menurut Malau (2006,
hlm.3) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran.
Model-model
pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan individu yang dapat dipilih
guru antara lain:
2.4.1.
Model
Pemrosesan Informasi
Model
pembelajaran ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi
pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Teori pemrosesan informasi atau kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985).
Menurut Rusman
(tt, hlm.12) ada Sembilan langkah yang harus diperhatikan guru di kelas yang
kaitannya dengan model pembelajaran pemrosesan informasi, yaitu:
a. Melakukan
tindakan untuk menarik perhatian siswa.
b. Memberikan
informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas.
c. Merangsang
siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran,
d. Menyampaikan
isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah ditentukan.
e. Memberikan
bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
f. Memberikan
penguatan pada perilaku pembelajaran.
g. Memberikan
feedback terhadap perilaku yang
ditunjukkan siswa.
h. Melaksanakan
penilaian proses dan hasil.
i. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
2.4.2.
Model
Personal
Model
pembelajaran personal adalah model pembelajaran yang bertitik tolak pada teori
Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan individu. Menurut teori
ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa
merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya baik emosional maupun
intelektual. Implikasi dari teori humanistik dalam pendidikan adalah sebagai
berikut:
a.
Bertingkah
laku dan belajar adalah hasil pengamatan.
b.
Tingkah
laku yang ada, dapat dilaksanakan sekarang (learning
to do).
c.
Semua
individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.
d.
Sebagian
besar tingkah laku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri.
e.
Mengajar
bukan hal penting, tapi belajar siswa adalah sangat penting (learn how to learn).
f.
Mengajar
adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif
dalam lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.
Model
pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.
Pembelajaran
Non-Direktif,
b.
Latihan
kesadaran,
c.
Sinektik,
d.
Sistem
konseptual,
2.4.3. Model
Interaksi Sosial
Model
pembelajaran interaksi sosial ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model ini menitikberatkan
hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together).
Model
interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.
Kerja
kelompok,
b.
Pertemuan
kelas,
c.
Pemecahan
masalah sosial atau inquiry social,
d.
Model
Laboratorium,
e.
Bermain
peranan,
f.
Simulasi
solusi,
2.4.4. Model
Modifikasi Tingkah Laku
Model
pembelajaran modifikasi tingkah laku bertitik tolak dari teori belajar
behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk
mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara
memanipulasi penguatan (reinforcement).
2.4.5. Model
Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya
Model
pembelajaran terpadu berbasis budaya yang dikembangkan untuk meningkatkan
apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan dikembangkan berdasarkan pengalaman
awal budaya siswa. Implementasinya terdiri atas tiga tahap yakni pengondisian,
penciptaan makna dna konsolidasi (Alexon dan Sukmadinata, 2010, hlm. 201).
2.4.6. Model
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning)
Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus
saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Langkah-langkah
pembelajaran Cooperative Learning menurut Arends (dalam Fatirul, 2008, hlm. 20)
adalah:
a.
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
b.
Menyajikan
informasi
c.
Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
d.
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
e.
Evaluasi
f.
Memberikan
penghargaan
2.4.7.
Model
pembelajaran kontekstual
Menurut Nurhadi
(dalam Riadi, 2013) pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar
dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
2.4.8.
Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning)
Menurut Glazer
(dalam Nurfianti, 2011) mengemukakan Problem
Based Learning merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara
aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.
Tahap-tahap
pembelajaran Problem Based Learning
menurut Trianto (dalam Nurfianti, 2011) adalah:
a. Orientasi
siswa pada masalah
b. Mengorganisasi
siswa
c. Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok
d. Mengembangkan
dan menyajikan hasil
e. Menganalisis
dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
Catatan :
Pendidikan Inklusif
merupakan penempatan ABK secara penuh di kelas reguler seusianya.
Setiap 1 anak di
bimbing oleh 3 guru (untuk ABK), sehingga setiap guru tersebut harus dapet
memiliki cara/ strategi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak tersebut sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.
Materi di atas merupakan hasil paparan presentasi dari
kelompok 1 yang beranggotakan: Atik
Latifah (1200465), Enti Pebriani (1200635), Ghina Farras Ayuningtyas (1200419),
Rizky Ayu Aulia (1201707). Departemen Pendidikan Matematika 2012.
Referensi : Makalah Kelompok 7.
Selasa, 14 April 2015
RESUME MATA KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING (KELOMPOK 6)
MASALAH - MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN- PENDEKATAN
UMUM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
(STRATEGI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING)
A.
Masalah-masalah Siswa di Sekolah
Siswa di
sekolah sebagai manusia (individu) dapat dipastikan memiliki masalah, tetapi
kompleksitas masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang satu dengan yang
lainnya tentulah berbeda-beda. Tohirin (2007: 111) mengungkapkan bahwa siswa di
sekolah akan mengalami masalah-masalah
yang berkenaan dengan:
1) Perkembangan
individu,
2) Perbedaan
individu,
3) Kebutuhan
individu,
4) Penyesuaian diri
dan kelainan tingkah laku,
5) Masalah belajar.
M.
Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah individu termasuk
siswa sebagai berikut:
1) Masalah atau
kasus yang berhubungan problematika individu dengan Tuhannya
2) Masalah individu
dengan dirinya sendiri
3) Individu dengan
lingkungan keluarga
4) Individu dengan
lingkungan kerja
5) Individu dengan
lingkungan sosialnya
Semua
masalah di atas harus diidentifikasi oleh guru pembimbing di sekolah, sehingga
bisa menetapkan sekala prioritas masalah mana yang harus dibicarakan terlebih
dahulu dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Masalah – masalah diatas juga
harus menjadi pertimbangan bagi guru pembimbing di sekolah dalam menyusun program bimbingan dan
konseling.
Beberapa contoh
masalah-masalah di sekolah yang dikemukakan dalam Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (halaman 58).
1. Prestasi
belajar rendah; di bawah rata-rata; merosot
2. Kurang
berminat pada bidang studi tertentu
3. Bentrok
dengan guru
4. Melanggar
tata tertib
5. Membolos
6. Terlambat
masuk sekolah
7. Pendiam
8. Kesulitan
alat pelajaran
9. Bertengkar
atau berkelahi
10. Sukar
menyesuaikan diri
B. Pendekatan-pendekatan Umum dalam
Bimbingan dan Konseling
Dilihat
dari pendekatan bimbingan, bimbingan itu dibagi menjadi 4 pendekatan yaitu :
1.
Pendekatan
Krisis
Pendekatan
krisis adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami
krisis atau masalah.
2. Pendekatan Remedial
Pendekatan
remedial adalah upaya bimbinngan yang diarahkan kepada individu yang mengalami
kesulitan.
3.
Pendekatan
Preventif
Pendekatan
preventif adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum
individu dan mencoba jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu.
4.
Pendekatan
Perkembangan
Bimbingan
dan konseling yang berkembang pada saat ini adalah bimbingan dan konseling
perkembangan. Visi bimbingan dan konseling adalah edukatif , pengembangan, dan outreach. Edukatif karena titik berat kepedulian bimbingan dan konseling
terletak pada pencegahan dan pengembangan, bukan pada korektif atau
terapeutik., walaupun hal itu tetap ada dalam kepedulian bimbingan dan
konseling perkembangan. Pengembangan,
karena titik sentral tujuan bimbingan dan konseling adalah perkembangan optimal
dan strategi upaya pokoknya ialah memberikan kemudahan perkembangan. Outreach, karena target populasi layanan
bimbingan
dan konseling tidak terbatas kepada individu bermasalah dan dilakukan secara
individual tetapi meliputi ragam dimensi (masalah, target intervensi, setting,
metode, lama waktu layanan) dalam rentang yang cukup lebar. Teknik yang
digunakan dalam bimbingan dan konseling perkembangan adalah pembelajaran,
pertukaran informasi, bermain peran, tutorial, dan konseling (Muro and Kottman,
1995:5)
C. Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan
dan Konseling
Istilah
strategi berasal dari kata benda strategos,
merupakan gabungan kata stratos
(militer) dengan ago (memimpin).
Sebagai kata kerja, stratego berarti
merencanakan (to plan).
Strategi
bimbingan dan konseling dapat berupa konseling individual, konsultasi,
konseling kelompok, bimbingan kelompok, dan pengajaran remedial, bimbingan
klasikal, dan strategi terintegrasi. Konseling individual dan konseling
kelompok, menurut Marinhu (1988), merupakan strategi yang pada umumnya
digunakan untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan bimbingan dan konseling
karir. Adapun
tujuan-tujuan bimbingan dan konseling karir menurut Marinhu (1988) yaitu:
konseling yang ditekankan pada aspek-aspek bantuan pengembangan dan pencegahan
agar pada waktunya dapat mencapai kematangan; dan konseling yang ditujukan
untuk pengambilan keputusan.
1.
Konseling
Individual
Konseling individual adalah proses
belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara guru BK
dan siswa. Menurut Nurihsan (2007: 11) teknik yang digunakan dalam konseling
individual yaitu: a) Menghampiri siswa; b) empati; c) refleksi; d) eksplorasi;
e) menangkap pesan utama; f) bertanya untuk membuka percakapan; g) bertanya
tertutup; h) dorongan minimal; i) interpretasi; j) mengarahkan; k) menyimpulkan
sementara; l) memimpin; m) memfokus; n) konfrontasi; o) menjernihkan; p)
memudahkan; q) diam; r) mengambil inisiatif; s) memberi nasihat; t) memberi
informasi; u) merencanakan; dan v) menyimpulkan.
Secara umum Nurihsan (2007) membagi
proses konseling individual ke dalam tiga tahapan yaitu: a) tahap awal konseling,
b) tahap pertengahan konseling, dan c) tahap akhir konseling.
a) Tahap
Awal Konseling
Tahap awal ini terjadi sejak siswa
bertemu dengan guru BK hingga berjalan proses konseling dan menemukan definisi
masalah siswa. Adapun yang dilakukan guru BK dalam proses konseling tahap awal
adalah sebagai berikut:
1) Membangun
hubungan konseling dengan melibatkan siswa yang mengalami masalah
2) Memperjelas
dan mendefinisikan masalah
3) Membuat
penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah
4) Menegosiasikan
kontrak
b) Tahap
Pertengehan Konseling (Tahap Kerja)
Berdasrkan kejelasan masalah siswa yang
disepakati pada tahap awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada:
penjelajahan masalah yang dialami siswa, dan bantuan apa yang akan diberikan
berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajahi tentang masalah
siswa. Cavanagh (Nurihsan, 2007: 14) menyebut tahap ini sebagai tahap action.
Cavanagh
(Nurihsan, 2007: 15) menyebut tahap ini dengan istilah termination. Pada tahap ini, konseling ditandai oleh beberapa hal
berikut ini.
1) Menurunnya
kecemasan siswa. Hal ini diketahui setelah guru BK menanyakan keadaan
kecemasannya.
2) Adanya
perubahan perilaku yang jelas ke arah yang lebih positif, sehat, dan dinamik.
3) Adanya
tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang jelas
pula.
4) Terjadinya
perubahan sikap positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri
dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua,
teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.
2.
Konsultasi
Teknik lain dalam program bimbingan
adalah konsultasi. Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang
penting sebab banyak masalah karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika
ditangani secara tidak langsung oleh guru BK. Konsultasi dalam pengertian umum
dipandang sebagai nasihat dari seseorang yang profesional.
Brown dan teman-temannya (Nurihsan,
2007: 16) telah menegaskan bahwa konsultasi itu bukan konseling atau
psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan
kepada siswa, tetapi secara tidak langung melayani siswa melalui bantuan yang
diberikan orang lain.
Menurut Nurihsan (2007) ada delapan
tujuan konsultasi, yaitu:
a) Mengembangkan
dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan administrator sekolah;
b) Menyempurnakan
komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara orang yang penting;
c) Mengajak
bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk
menyempurnakan lingkungan belajar;
d) Memperluas
layanan dari para ahli;
e) Memperluas
layanan pendidikan dari guru dan administrator;
f) Membantu
orang lain bagaimana belajar tentang perilaku;
g) Menciptakan
suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingukngan belajar yang baik;
h) Menggerakkan
organisasi yang mandiri;
Sedangkan,
langkah proses konsultasi menurut Nurihsan (2007) yaitu:
a) Menumbuhkan
hubungan berdasarkan komunikasi dan
perhatian pada siswa;
b) Menentukan
diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana kegiatan;
c) Mengembangkan
motivasi untuk melaksanakan kegiatan;
d) Melakukan
pemecahan masalah;
e) Melakukan
alternatif lain apabila masalah belum terpecahkan.
3.
Bimbingan
Kelompok
Strategi lain dalam layanan bimbingan
dan konseling adalah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk
mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri siswa. Isi kegiatan
bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan
masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan
dalam bentuk pelajaran.
Penyelenggaraan bimbingan kelompok,
menurut Nurihsan (2007), memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan
yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya.
a) Langkah
Awal
Langkah awal ini dimulai dengan
penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para siswa,
pengertian, tujuan, dan kegunaan bimbingan kelompok.
b) Perencanaan
Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok
meliputi penetapan:
·
Materi layanan;
·
Tujuan yang ingin
dicapai;
·
Sasaran kegiatan;
·
Bahan atau sumebr
bahan untuk bimbingan kelompok;
·
Rencana penilaian; dan
·
Waktu dan tempat.
c) Pelaksanaan
Kegiatan
Kegiatan yang telah direncanakan itu
selanjutnya dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut.
1) Persiapan
menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengkapannya), persiapan
bahan, persiapan keterampilan, dan persiapan administrasi.
2) Pelaksanaan
tahap-tahap kegiatan.
·
Tahap pertama:
pembentukan, temanya pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri.
·
Tahap kedua:
peralihan.
·
Tahap ketiga:
kegiatan.
d) Evaluasi
Kegiatan
Penilaian
terhadap bimbingan kelompok berorientasi pada perkembangan yaitu mengenali
kemajuan atau perkemabangan positif yang terjadi pada diri peserta.
e) Analisis
dan Tindak Lanjut
Menurut
Nurihsan (2007: 21) hasil penilain kegiatan bimbingan kelompok perlu dianalisis
untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk beluk
penyelenggaraan bimbingan kelompok. Perlu dikaji apakah hasil-hasil pembahasan
dan atau pemecahan masalah yang sudah dilakukan sedalam atau setuntas mungkin,
atau sebenarnya masih ada aspek-aspek penting yang belum dijangkau dalam
pembahasan.
4.
Konseling
Kelompok
Strategi berikutnya dalam melaksanakan
program bimbingan adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan upaya
bantuan kepada siswa dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula
bersifat penyembuhan.
Siswa dalam konseling kelompok dapat
menggunakan interaksi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan
penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu, untuk mempelajari
atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku tertentu. Prosedur konseling
kelompok sana dengan bimbingan kelompok, yaitu terdiri dari:
a) tahap
pembentukan, dengan temanya pengenalan, perlibatan, dan pemasukan diri;
b) tahap
peralihan, dengan temanya pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap
ketiga;
c) tahap
kegiatan, dengan temanya kegiatan pencapaian tujuan;
d) tahap
pengakhiran, dengan temanya penilaian dan tindak lanjut.
5.
Pengajaran
Remedial
Menurut Makmun (dalam Nurihsan, 2007:
23) pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk
menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa
tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat
memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu
proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi,
terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman
kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya
dukung sarana dan lingkungannya.
Secara sistematika prosedur remedial
tersebut, menurut Nurihsan (2007) dapat digambarkan sebagai berikut:
a) Diagnostik
kesulitan belajar-mengajar.
b) Rekomendasi/referral.
c) Penelaahan
kembali kasus.
d) Pilihan
alternatif tindakan.
e) Layanan
konseling.
f) Pelaksanaan
pengajaran remedial.
g) Pengukuran
kembali hasil belajar-mengajar.
h) Reevalusai/rediagnostik.
i) Tugas
tambahan.
j) Hasil
yang diharapkan.
6.
Bimbingan
Klasikal
Menurut
Sudrajat, bimbingan klasikal termasuk ke dalam strategi untuk layanan dasar
bimbingan. Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa
dalam peluncuran program yang telah dirancang, menuntut guru BK untuk melakukan
kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, guru BK
memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan
melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang
dipandang bermanfaat bagi siswa.
Catatan :
Guru BK tugasnya menyadarkan siswa agar dirinya sadar jika
dirinya memiliki masalah.
Yang dapat dikatakan masalah : ketika situasi tersebut tidak
sesuai dengan tugas perkembangan siswanya. Dan tidak sesuai dengan norma dan
aturan yang berlaku.
Guru pembimbing : sebagai guru mata pelajaran.
Pelaksanaan remedial di sekolah : dilaksanakannya bersumber
dari hasil jawaban anak tersebut. Jadi soal yang di ujikan sebagai bahan
remedial adalah soal yang berbeda namun setipe dengan soal yang dianggap sulit
oleh siswa.
Materi di atas merupakan hasil
paparan presentasi dari kelompok 6 yang beranggotakan : Rini Fajrin, Merry Merliani, Findinilah
Faraswati, Lita Yuliyahya. Departemen Pendidikan Matematika A 2012.
DAFTAR PUSTAKA
Asto.
(2014). Mengatasi masalah peserta didik
melalui layanan konseling individual. [online]. Tersedia di
http://seindah-akhlak-islam.blogspot.com/2014/02/mengatasi-masalah-peserta-didik-melalui.html?m=1.
[diakses pada tanggal 07 April 2015]
Bakran
Adz Dzaky, M.H. (2004). Konseling dan
psikoterapi islam (penerapan metode sufistik). Yogyakarta: Fajar Pustaka
Baru.
Manrihu,
M.T. (1988). Pengantar bimbingan dan
konseling karir. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Nurihsan,
A.J. (2007). Strategi layanan &
bimbingan konseling. Bandung: PT. Refika Aditama.
Prayitno
& Erman A. (2004). Dasar-dasar
bimbingan dan konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudrajat,
A. (2010). Strategi pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling. [Online]. Tersedia di
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/03/strategi-pelaksanaan-layanan-bimbingan-dan-konseling/ [diakses pada tanggal 02 April 2015]
Tohirin.
(2007). Bimbingan dan konseling di
sekolah dan madrasah (berbasis integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Yusuf,
S. & Nurihsan, A.J. (2008). Landasan
bimbingan dan konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Langganan:
Postingan (Atom)