MAKNA DAN POSISI SERTA URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PRAKTEK
PENDIDIKAN
A.
Pengertian
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan
konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan “counseling” .
Istilah “guidance” mengandung arti 1) mengarahkan (to direct), 2)
memandu (to pilot), 3) mengelola (to manage), dan 4) menyetir (to
steer).
Shertzer dan Stone
(1971:40) mengartikan bimbingan sebagai “… process of helping an individual
to understand himself and his world (proses pemberian bantuan kepada
individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya)”.
Winkel (2005:34) mendefinisikan konseling
sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu
konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Dengan demikian, konseling adalah proses
interaksi antara konselor dan koseli/klien dengan tujuan agar konseli dapat
mengambil tanggung jawabnya atas permasalahan yang sedang dihadapi dengan cara
mengubah sikap dan tingkah laku konselor
B.
Kondisi Bimbingan dan
Konseling di Sekolah
Jika kita merujuk ke negara
yang pendidikannya maju, seperti Amerika Serikat, Singapura, bahkan Malaysia,
peran guru BK sangat diperhatikan. Sedangkan di Indonesia isu tentang BK
menjadi isu yang belum terlalu menjadi sorotan, kalaupun ada, namun bukanlah
menjadi sorotan nasional tetapi hanya sekedar sorotan lingkup daerah saja.
Paradigma terkait bimbingan
dan konseling di sekolah antara lain : (1) Sekolah yang sadar betul akan
pentingnya eksistensi bimbingan konseling, kemudian menata sistem
penyelenggaraan BK menjadi salah satu elemen penting sekolah. (2) Sekolah yang
sadar akan kedudukan BK dalam pembentukan pribadi peserta didik, tetapi tidak
didukung oleh materi, tenaga dan yayasan atau pemerintah. (3) Guru BK masih
dianggap sebagai polisi sekolah, hanya menangani orang yang bermasalah dan
ironisnya guru BK bukan berasal dari lulusan BK. (4) Sekolah yang belum
memiliki manajemen BK bisa jadi dikarenakan kurangnya informasi, tidak memerlukan,
atau kurangnya finansial.
C.
Landasan
Psikologis Bimbingan dan Konseling
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling,
beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang:
1.
Motif dan Motivasi
Motif
dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan
seseorang berperilaku.
2.
Konflik dan Frustasi
Individu yang berada dalam keadaan konflik
psikis, yaitu berada di suatu pertentangan batin, suatu kebimbangan, suatu
keragu-raguan untuk memutuskan motif mana yang akan diambil.
Menurut Syamsu Yusuf, frustasi dapat diartikan sebagai kekecewaan
dalam diri individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya keinginan.
3.
Sikap
Thurstone (Yusuf, 2009: 169) berpendapat
bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif
maupunnegatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, seperti: simbul,
prase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan.
4.
Pembawaan dan
Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu.
5.
Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan
proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi
(pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan
psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial.
6.
Masalah Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental
Untuk dapat memenuhi kebutuhan, individu
harus dapat menyesuaikan antar kebutuhan yang ada dalam lingkungannya, proses
ini disebut sebagai proses penyesuaian diri. Jika individu berhasil memenuhi
kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau
kerugian bagi lingkungannya, hal itu disebut”well adjusted” atau
penyesuaian dengan baik. Dan sebaliknya jika individu gagal dalam proses
penyesuaian diri tersebut disebut “maladjusted” atau salah suai.
7.
Masalah Belajar
Dalam kegiatan belajar dapat timbul
berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun pengajar. Bagi siswa
sendiri, masalah-masalah belajar yang mungkin timbul misalnya pengaturan waktu
belajar, memilih cara belajar, mempergunakan buku-buku pelajaran, memilih mata
pelajaran yang cocok dan sebagainya.
8.
Kepribadian
Di dalam kepribadian terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan, diantaranya :
a.
Kecerdasan
Terdapat kecerdasan majemuk,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual sebagai gambaran dari seorang
individu tersebut.
Bagaimana mereka dalam bersikap, mengendalikan diri, mengatasi sebuah
masalah, dan lain sebagainya.
b.
Kreativitas
Kreativitas
dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu produk yang baru, atau kemampuan untuk memberikan
gagasan-gagasan yang baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah.
c.
Stres
Stres
meruapakan fenomena psikofisik yang
dapat dialami oleh setiap orang.
Stres pada umumnya berdampak negatif pada individu, seperti marah,
menghilangkan rasa percaya diri, bahkan depresi. Namun stres juga berdampak
positif dengan dapat mendorong individu untuk melakukan sesuatu.
D.
Landasan
Sosiologis (Sosial-Budaya) Bimbingan dan
Konseling
Faktor-faktor sosial
budaya yang menimbulkan kebutuhan akan bimbingan menurut John J. Pietrofesa dkk.,(1980); M. Surya & Rochman N.,(1986); dan Rochman N., (1987) adalah sebagai berikut;
1.
Perubahan
Konstelasi Keluarga
2.
Perkembangan
Pendidikan
3.
Dunia
Kerja
4.
Perkembangan
Kota Metropolitan
5.
Perkembangan
Komunikasi
6.
Seksisme
dan Rasisme
7.
Kesehatan
Mental
8.
Perkembangan
Teknologi
9.
Kondisi
Moral dan Keagamaan
10. Kondisi sosial Ekonomi
E.
Landasan
Pedagogis Bimbingan dan Konseling
Sunaryo Kartdinata (2011: 23) mengemukakan
bahwa bimbingan dan konseling adalah upaya pedagogis yang menjadi fasilitas
perkembangan individu dimulai dari kondisi apa adanya hingga kondisi di mana
individu tahu apa yang harus dilakukannya sesuai potensi yang dimilikinya,
upaya ini disebut upaya normatif.
Tohirin (2007: 103) mengatakan bahwa
landasan bimbingan dan konseling setidaknya berkaitan dengan:
1.
Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu
dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan,
2.
Pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan
konseling, dan
3.
Pendidikan sebagai inti tujuan bimbingan dan
konseling.
F.
Landasan
Agama Bimbingan dan Konseling
Landasan ini berkaitan dengan
pengintegrasian nilai-nilai agama dalam proses bimbingan dan konseling. Dengan
kata lain, konselor perlu memiliki pemahaman tentang hakikat manusia dari segi
agama serta peran agama dalam kehidupan manusia
G.
Landasan
Perkembangan IPTEK Bimbingan dan Konseling
1.
Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Tohrin (2007: 101) menyatakan bahwa
kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan atas dasar keilmuan baik
menyangkut teori, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangannya. Pengetahuan
Bimbingan konseling tersusun rapi dan sistematis. Dengan demikian, praktik
bimbingan dan konseling yang terjadi di masyarakat harus dilaksanakan atas
dasar keilmuan
2.
Peran Ilmu Lain dan Teknologi
dalam Bimbingan dan Konseling
ilmu bimbingan dan konseling ialah disiplin
ilmu yang merujuk pada ilmu-ilmu lain, seperti psikologi, filsafat, sosiologi,
dan sebagainya. Tak hanya itu, pelaksanaannya juga merujuk pada ilmu-ilmu
lainnya. Sebagai contoh, dukungan perangkat teknologi berfungsi sebagai alat
untuk memperjelas materi bimbingan dan konseling. Jadi, bimbingan dan konseling
pada tataran teori dan praktik bersifat dinamis, yaitu berkembang melalui
perkembangan IPTEK.
3.
Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui
Penelitian
Teori bimbingan dan konseling bisa saja
dikembangkan dari penelitian guna menemukan pembuktian tentang keefektifan di
lapangan. Hal ini bisa memajukan layanan bimbingan dan konseling jika dilakukan
penelitian secara kontinu terhadap aspek tentang bimbingan dan konseling.
H.
Sejarah
Perkembangan Bimbingan dan Konseling
Berawal dari vocational bureau tahun
1908 yang menekankan bahwa sesungguhnya setiap orang butuh pertolongan
untuk mengenal dan menghadapi kelemahan yang ada pada dirinya agar dapat
menggunakan intelejensinya dalam membuat sebuah keputusan, tempat kerja mana
yang baik untuk mereka. Pada waktu yang hampir bersamaa, Jasse B. Davis,
konselor di Detroit, memberi layanan konseling di SMA dan pada tahun 1907
membuat program bimbingan ke dalam pengalaman pendidikan siswa di Detroit.
Jika dilihat dari perkembangannya,
Bimbingan Konseling mula-mulanya hanya dikenal sebatas pada bimbingan
pekerjaan (Vocational Guidance), sebagaimana peran dari Biro yang
didirikan Frank Parson di Boston. Namun sebenarnya tidak hanya itu, di sisi
lain perkembangan Bimbingan Konseling pun merambah kebidang pendidikan (Education
Guidance) yang dirintis oleh Jasse B. Davis. dan sekarang dikenal pula
adanya bimbingan dalam segi kepribadian (Personal Guidance).
I.
Perkembangan Bimbingan Konseling Di Indonesia
Pelayanan
Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama.
Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan
dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama
menjadi Bimbingan dan Konseling
(BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di
Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia
sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum
1984 dengan memasukkan bimbingan karir di dalamnya. Perkembangan BK semakin
mantap pada tahun 2001.
Catatan :
Perbedaan Koselor
dengan Guru BK (khususnya di Indonesia). Konselor harus berasal dari pendidikan
murni BK dan harus menempuh pendidikan khusus konselor untuk mendapatkan
predikat sebagai konselor. Guru BK tidak harus berasal dari pendidikan murni BK
dan tidak harus menempuh pendidikan khusus konselor.
Materi di atas
merupakan hasil paparan presentasi dari kelompok 1 yang beranggotakan : Dessy Melinda (1200361), Jeffa Lianto V.B. (1204833), Ngadiyono (1204829), Yuyun
Desfrita Azura (1205562) Jurusan Pendidikan Matematika UPI
Referensi (makalah kelompok 1)
Kartadinata, Sunaryo. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Pedagogis. Bandung: UPI Press
Sukardi, Dewa Ketut Drs. MBA. MM. dan Desak P.E. Nila Kusmwati, S.Si, M.Si. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Syamsu, Yusuf Dr., L.N. dan Dr. A. Juntika Nurihsan. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda
Tohirin, Drs. M. Pd. (2007). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/11/kedudukan-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah-90963.html (diakses tanggal 23 Februari 2015)